Hai, kamu.
Kamu yang mempunyai arti untukku.
Kamu yang senantiasa berada disampingku.
Kamu yang selalu sabar menghadapiku.
Apa kabar kamu?
Apakah kamu merasakan sesuatu hal?
Apakah kamu berpendapat sama denganku?
Atau kamu hanya menikmati semua ini?
Bagaimana ini bisa terjadi?
Bagaimanakah kamu menjelaskannya kepadaku?
Bagaimanakah bila akhirnya aku yang merasa sakit?
Baiklah, mungkin kamu belum paham.
Kapan kamu memulai semua ini?
Kapankah kamu akan mengakhirinya?
Kapan dia akan mengembalikan masa-masa yang telah sirna?
Kamu mungkin sudah paham sedikit.
Dimana perasaan mulia yang kamu punya sebagai pedomanmu?
Dimana hati kecil nurani kita yang telah lama bersatu?
Haruskah tempat itu sebagai saksinya?
Tempat yang senantiasa mempertemukan kita.
Mengapa waktu begitu cepat berputar?
Mengapa kamu tak bersegera menghentikan semua ini?
Mengapa aku terus-menerus diam untuk hal ini?
Aku......aku takut.
Siapa dia?
Siapa gerangan yang aku sebutkan di bait ke empat?
Mungkin kamu bertanya-tanya.
Tapi aku yakin, kamu paham maksudku.
Wahai sahabat seperjuangan yang senantiasa membimbingku, aku merindukan masa-masa indah kita.